Rabu, 26 Desember 2012

Jual Beli KP / IUP Pertambangan Batubara di Indonesia

Melonjaknya harga batubara sejak 2005-an membuat semua pelaku bisnis ingin mengambil bagian untuk berperan dalam bisnis penambangan batubara. Hal ini juga terjadi di Indonesia, dan dengan dibukanya kran pemberian ijin Kuasa Penambangan (KP) atau Ijin Usaha Penambangan (IUP) batubara oleh daerah melalui otonomi daerah maka timbul masalah baru seperti tumpang tindih fungsi lahan, konflik horizontal karena kepemilikan lahan, dan tumpang tindih antara ijin KP yang dikeluarkan oleh pemerindah daerah dengan ijin Kontrak Karya atau PKP2B yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat.

Untuk itu, pembatasan pengeluaran ijin KP baru telah dibatasai sejak diberlakukannya UU Minerba pada tahun 2012 ini. Sehingga yang terjadi saat ini adalah maraknya usaha jual beli KP atau IUP di Indonesia. Banyak metoda yang ditawarkan seperti pengalihan kepemilikan KP atau IUP melalui proses jual beli, atau pemilik KP atau IUP mencari investor untuk joint operasional dengan metoda bagi hasil dan sebagainya.

Karena maraknya kegiatan jual beli KP atau IUP ini di Indonesia, banyak juga pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab untuk mencoba mengambil keuntungan pribadi dari kesempatan yang ada ini, untuk itu ada beberapa tahapan yang bisa menjadi kiat jika hendak melakukan proses pembelian KP atau IUP, yaitu :
  • Pemeriksaan aspek legal dari ijin KP atau IUP tersebut sampai memeriksa registrasinya di ESDM.
  • Over lay area KP atau IUP tersebut dengan status hutan (lindung atau produksi) ke Dinas atau Departemen Kehutanan.
  • Mengirim team untuk melakukan survey pendahuluan.
  • Melakukan kajian ekonomis dari kualitas batubara dan ketercapaian areanya.
  • Memberikan deposit atau negosiasi ke pemilik KP atau IUP untuk menunjukkan keseriusan.
  • Melakukan pengeboran untuk eksplorasi awal untuk menghitung reserves yang ada.
  • Melakukan proses pembelian
Kebanyakan dari pemilik KP atau IUP tersebut belum melakukan proses eksplorasi sama sekali, beda halnya jika KP atau IUP itu dijual sudah dalam keadaan produksi, selain melakukan verifikasi aspek legal dan fungsi lahan, kita tinggal melakukan verifikasi cadangan tersisa yang masih ekonomis untuk ditambang.

Pagar Alam Puncaknya Sumatera Selatan

Mungkin bagi kebanyakan orang di Indonesia belum begitu mengenal jika di Pagar Alam Sumatera Selatan terdapat perkebunan teh sepertinya layaknya Puncak di Bogor atau Pengalengan di Bandung. Paket wisata yang ditawarkan adalah nuansa perkebunan teh yang sejuk dan wisata pendakian gunung Dempo dengan ketinggian diatas 3000 dari permukaan laut.

Sayangnya perawatan dan penyediaan fasilitas yang masih kurang di obyek wisata tersebut masih menjadi kendala.

Pintu Gerbang memasuki kota Pagar Alam

Nuansa Perkebunan Teh di Kota Pagar Alam

Pos Awal Pendakian Gunung Dempo di Kota Pagar Alam

Selasa, 25 Desember 2012

Lintas Tengah Sumatera


Bagi yang ingin bepergian melintasi Pulau Sumatera, ada tiga jalur utama yang bisa menjadi pilihan yaitu lintas barat, lintas tengah, atau lintas timur. Atau bisa juga dengan mengkombinasikan lintas tersebut, karena ketiga lintas tersebut juga sudah saling terhubung.

Agar perencanaan perjalanan bisa optimal, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih jalur lintas Sumatera, yaitu :
  • Kota atau daerah tujuan, artinya dengan mengkorelasikan kota atau daerah tujuan dengan pilihan lintas Sumatera akan menghasilkan jalur terpendek yang akan dilalui.
  • Kondisi jalan, artinya dengan sudah menentukan pilihan jalur lintas Sumatera yang akan dilalui, harus tetap mengupdate kondisi jalan lintas Sumatera yang dipilih tersebut bisa dilalui atau tidak, karena rawan banjir dan longsor atau kondisi jalan rusak atau tidak.
  • Kondisi keamanan, artinya dari setiap lintas Sumatera tersebut ada beberapa spot area yang sangat berbahaya jika dilewati pada malam hari bagi keamanan pengendara (rawan kejahatan atau tindak kriminal, sehingga pentingnya pengendara untuk memperhitungkan timming perjalanan sehingga tidak melewati spot area yang berbahaya tersebut di malam hari.
  • Lokasi dan kondisi dari fasilitas-fasilitas yang ada di lintas Sumatera tersebut, seperti tempat pengisian BBM, tempat istirahat dan makan, atau penginapan.
Untuk lintas tengah Sumatera jalur yang akan dilalui adalah :  Bakauheni - Kalianda - Panjang - Bandar Lampung - Lampung Tengah - Gunung Sugih - Bandar Jaya - Kota Bumi - Way Kanan - Martapura - Baturaja - Tanjung Enim - Muara Enim - Lahat - Tebing Tinggi - Lubuk Linggau - Surolangun - Bangko - Muara Bungo - Sungai Rumbai - Sijunjung - Padang atau Pekanbaru.

Kondisi jalan yang rusak dan berlubang spot area antara Muara Bungo sampai Sungai Rumbai akan tetapi masih bisa dilewati.

Area yang tidak aman untuk dilewati malam hari adalah dari Lahat sampai Surolangun.

Hampir sepanjang jalan sudah ada fasilitas untuk istirahat, makan dan menginap. Akan tetapi untuk tempat pengisian BBM dari luar kota Bandar Lampung sampai Baturaja biasanya susah menemukan BBM, dan sepanjang SPBU di provinsi Jambi.

Jumat, 24 Juni 2011

Fleet Matching and Match Factor in Mining


Basically we will determine “how many hauler we need to serve one loader”, to maximize productivity unit (BCM/hour). The determination depend of :
  • Materials condition will be load (good, average, rather poor, or poor)
  • Bucket capacity loader (BCM)
  • Cycle time loader /phase or /swing (second)
  • Vessel capacity hauler (BCM)
  • Hauling distance (m)
  • Grade of road (%)
  • Haul road conditions

Productivity Loader

            Productivity                  = ( 3600/D ) * A * B * C         BCM/Hour
                                                                       
                                    Note :   A = Bucket capacity loader (BCM)
                                                B = Bucket factor, depend materials condition will be load :
                                                            B = 1.01 if good (clayly soil, clay, or soft soil)
                                                            B = 0.90 if average (loose soil with small diameter gravel)
                                                            B = 0.85 if rather poor (well blasted rock)
                                                            B = 0.75 if poor (poorly blasted rock)
                                                C = Job efficiency, depend materials condition will be load :
                                                            C = 0.90 if good
                                                            C = 0.85 if average
                                                            C = 0.78 if rather poor
                                                            C = 0.75 if poor
D = Cycle time loader /phase (seconds), can determine from manual book unit or directly observation on the bench.
B & C are specific number, depend of area & operator conditions.

Productivity Hauler

            Productivity                  = A * B * C       BCM/Hour/Unit
                                   
                                    Note :   A = Vessel capacity hauler (BCM)
                                                B = Vessel factor, depend materials condition will be load :
                                                            B = 1.01 if good (clayly soil, clay, or soft soil)
                                                            B = 0.90 if average (loose soil with small diameter gravel)
                                                            B = 0.85 if rather poor (well blasted rock)
                                                            B = 0.75 if poor (poorly blasted rock)
                                                C = Rate or trip /hour

            Rate or Trip /hour         = ROUNDUP ((60/A) * B)      rate or trip /hour
                                   
                                    Note :   A = Cycle time unit hauler /trip (minutes)
                                                B = Job efficiency, depend materials condition will be load :
                                                            C = 0.90 if good
                                                            C = 0.85 if average
                                                            C = 0.78 if rather poor
                                                            C = 0.75 if poor

            Cycle Time Hauler        = A + B + C + D + E               minutes

                                    Note :   A = Loading time (minutes)
                                                B = Loaded travel time (minutes)
                                                C = Dumping time (minutes), depend of dumping area conditions :
                                                            C = 0.90 if favorable
                                                            C = 1.00 if average
                                                            C = 1.25 if unfavorable
                                                D = Empty travel time (minutes)
                                                E = Spotting time (minutes), depend of loading area conditions :
                                                            E = 0.10 if favorable
                                                            E = 0.15 if average
                                                            E = 0.20 if unfavorable
A, B, and D are specific numbers, depend of area & operator conditions. It can determine with formulations or directly observation on the bench.

            Loading Time               = ( (A * B) * E )/60                      minutes
                                                                       (C * D)
                                    Note :   A = Vessel capacity Hauler (BCM)
                                                B = Vessel factor, depend materials condition will be load :
                                                            B = 1.01 if good (clayly soil, clay, or soft soil)
                                                            B = 0.90 if average (loose soil with small diameter gravel)
                                                            B = 0.85 if rather poor (well blasted rock)
                                                            B = 0.75 if poor (poorly blasted rock)
                                                C = Bucket capacity Loader (BCM)
                                                D = Bucket factor, depend materials condition will be load
                                                            D = 1.01 if good (clayly soil, clay, or soft soil)
                                                            D = 0.90 if average (loose soil with small diameter gravel)
                                                            D = 0.85 if rather poor (well blasted rock)
                                                            D = 0.75 if poor (poorly blasted rock)
                                                E = Cycle time loader /phase or /swing (seconds).

                Loaded Travel Time     = A / (V * (1000/60))              minutes

                                    Note :   A = Hauling distance (m)
                                                V = speed loaded travel (km/hour)

            Empty Travel Time       = A / (V * (1000/60))              minutes

                                    Note :   A = Hauling distance (m)
                                                V = speed empty travel (km/hour)

To determine speed in travel time, have many factor or very complex, so need many raw data in directly observation. Then we make average speed.

Match Factor

            Match Factor               = (A * B) / C

                                    Note :   A = Productivity hauler /unit (BCM/hour)
                                                B = Number of hauler to serve one loader
                                                C = Productivity loader (BCM/hour)
If Match Factor > 1 is over truck/hauler, so we must use productivity loader to budgeting and scheduling.
If Match Factor = 1 is ideal condition, we can use productivity loader or hauler to budgeting and scheduling.
If Match Factor < 1 is less truck/hauler, so we must use productivity hauler to budgeting and scheduling.


If You want the calculating above in excel format, You can email me at dani_prastiadi@yahoo.com.

Rabu, 22 Juni 2011

Malinau oh Malinau #1


Starting at 1st December 2010, I have joined with Baramultigroup (Coal Mining Company) as Head of Engineering Department to Malinau Site. The positions of the site is at village Long Loreh, district South Malinau, Malinau residence, East Kalimantan, Indonesia.
How to arrive at the area from Jakarta is very interesting, firstly we must follow flight from Jakarta to Tarakan (have 3 company : Sriwijaya Air, Batavia Air, and Lion Air). From Tarakan City to Malinau City have 2 alternative transportation, can follow flight 30 minutes using Susi Air (flight with 12 passengers) or follow speed boat 3 hours. We have representation office at Malinau City, so we can take a break before continue the journey with 2-3 hours follow light vehicle to the site area.